Imunisasi adalah pemberian
vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat
yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh
untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap
penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup
aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada
efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit
masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.
Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali
sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena
keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan
atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan
untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. 1. BCG
Vaksin ini mengandung bakteri
Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000
partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1. Reaksi lokal : 1-2 minggu
setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan
kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula
(gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka
ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.
2. Reaksi regional :
pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan
maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin
timbul adalah:
Pembentukan abses (penimbunan
nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini
akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat.
Limfadenitis supurativa,
terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
- Perlindungan Penyakit : TBC
/ Tuberkolosis
- Penyebab : Bakteri Bacillus
Calmette Guerrin
- Kandungan : Bacillus
Calmette-Guerrin yang dilemahkan
- Waktu Pemberian : Umur /
usia 2 bulan
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu
vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri
adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta
bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu
dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas,
makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin
3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.
Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot
lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak
berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT
III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi
terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan
serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia
14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir
85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin
difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT
sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di
tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena
adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1%
penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
- demam tinggi (lebih dari
40,5? Celsius)
- kejang
- kejang demam (resiko lebih
tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat
kejang dalam keluarganya)
- syok (kebiruan, pucat,
lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita
sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai
anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya
membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan
DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di
tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan
asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan
juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan
maupun tungkai yang bersangkutan.
- Perlindungan Penyakit :
Difteri (infeksi tenggorokan), Pertusis (batuk rejan) dan Tetanus (kaku
rahang).
- Penyebab : Bakteri difteri,
pertusis dan tetanus
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6
bulan
V. Umur / usia 5 tahun
VI. Umur / usia 10 tahun
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan
kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan
tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak
boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi
dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot
lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak
yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin
terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang
biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT,
tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS
(Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif)
maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan
sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin
ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus
toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri
otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga
bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan.
Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin
polio:
- IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
- OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio
diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4
minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV,
kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12
tahun).
Di Indonesia umumnya
diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung
ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra
indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat
- Gangguan kekebalan (karena
obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin
terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua
diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga
dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat
yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang
dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia
hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani
imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV.
Kepada orang yang pernah
mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya
diberikan OPV.
Kepada penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker,
limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang
sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat
imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada
anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau
berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung hanya selama beberapa hari.
Polio
- Perlindungan Penyakit :
Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri otot, lumpuh dan
kematian.
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6
bulan
V. Umur / usia 5 tahun
Imunisasi
Campak
Imunisasi campak memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan
sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar
biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara
subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian
vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai
demam lebih dari 38?Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat
imunosupresan
- alergi terhadap protein
telur
- hipersensitivitas terhadap
kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin
terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral
serta ensefalitis (jarang).
Campak / Measles
- Perlindungan Penyakit :
Campak / Tampek
- Efek samping yang mungkin :
Demam, ruam kulit, diare
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 9 bulan atau
lebih
II. Umur / usia 5-7 tahun
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi
perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan
sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan
mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga
bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan
bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan
pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan
bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah
zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam
ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga
bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil
menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang
dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa
menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan
antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin
3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu,
misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12
bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena
itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk
SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan
kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun
1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali
suntikan MMR sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum
tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah
menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang
menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap
campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan
perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin
ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
• Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani
imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5%
anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5? Celsius atau lebih tanpa
gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam
ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung
hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.
• Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada
kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.
• Komponen campak Jerman
Pembengkakan kelenjar getah
bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu
1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang
mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa
hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini
hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi
pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi
ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis
(pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi
pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering
ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR,
anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya
kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan
diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin
MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya.
Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan
komplikasi yang sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda
sampai anak pulih.
Imunisasi MMR sebaiknya tidak
diberikan kepada:
- anak yang alergi terhadap
telur, gelatin atau antibiotik neomisin
- anak yang 3 bulan yang lalu
menerima gamma globulin
- anak yang mengalami
gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat
prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.
- wanita hamil atau wanita
yang 3 bulan kemudian hamil.
MMR
- Perlindungan Penyakit :
Campak, gondongan dan campak Jerman
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3
bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu
mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa
menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa
menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan,
biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi
Varisella
Imunisasi varisella
memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam
kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk
keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum
pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.
Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya
memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih,
yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita
cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.
Cacar air disebabkan oleh
virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan
tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat
serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa
diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan
komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya
cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun
telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500
lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin
varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun,
mungkin juga seumur hidup.
Efek samping dari vaksin
varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
- demam
- nyeri dan pembengkakan di
tempat penyuntikan
- ruam cacar air yang
terlokalisir di tempat penyuntikan.
Efek samping yang lebih berat
adalah:
- kejang demam, yang bisa
terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
- pneumonia
- reaksi alergi sejati
(anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata, bersin,
denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi
dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat
jarang terjadi.
- ensefalitis
- penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya
tidak diberikan kepada:
- Wanita hamil atau wanita
menyusui
- Anak-anak atau orang dewasa
yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau yang memiliki riwayat keluarga
dengan kelainan imunosupresif bawaan.
- Anak-anak atau orang dewasa
yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung
sejumlah kecil kedua bahan tersebut.
- Anak-anak atau orang dewasa
yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh
(misalnya AIDS).
- Anak-anak atau orang dewasa
yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid.
- Setiap orang yang baru saja
menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya.
- Anak-anak atau orang dewasa
yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan
kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa
menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah
bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat
bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang
waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan
antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun
setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk
memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari
ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG
(hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga
diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang
status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status
HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih
dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada
anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin
HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek
lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan
tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Imunisasi
Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus
konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan
infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius,
seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita
diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang
lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.
Tag :
Imunisasi
2 Komentar untuk "Jenis Vaksin Imunisasi, Pemberian dan Efek Sampingnya (Lengkap)"
Untuk anak usia 8 th yg setahun yg lalu (th 2015) di diagnosa HSP ato vaskulitis, amankah untuk imunisasi spt TD? Dan imunisasi yg laen? Please info?? Tks
Las Vegas Forum - DrmCD
I was just going to stay 시흥 출장마사지 at 과천 출장마사지 the hotel 공주 출장마사지 and 경주 출장안마 did a trip to the casino. It seems to me the casino is over the top. The casino 목포 출장마사지 doesn't
Silakan Bunda mengajukan keluhan, pertanyaan, dan komentar seputar kehamilan, kesehatan, dan persalinan pada kami.
*) Mohon maaf komentar oleh komentator nama dan isi komentar berbau P * RN * , DR * GS , H * CK , J*DI dan komentar yang berisi link aktif , tidak akan ditampilkan !